Tuesday, 29 October 2013

Tentang Kopi dan Cangkir


Beberapa orang alumni sebuah Universitas yang telah mapan dalam karir dan kehidupannya berkumpul dalam suatu reuni. Mereka memutuskan untuk mengunjungi salah satu dosen “tua” yang pernah menjadi pengajarnya.

Percakapan yang terjadi begitu seru dan menyenangkan sampai kemudian berlanjut pada masalah tekanan dalam pekerjaan mereka dan hidup mereka.


Agar tidak larut dalam stress, sang dosen bermaksud menawari bekas mahasiswanya tersebut untuk minum kopi. Sang dosen pun pergi ke belakang dan membawa kembali seteko besar kopi dengan banyak cangkir. Cangkir dan gelas yang dibawa sang dosen tersebut mulai dari cangkir porselen, plastik, gelas dari yang paling murah sampai peralatan minum yang paling mahal. Sang dosen pun mempersilahkan mantan mahasiswanya untuk mengambil sendiri kopi yang ingin diminumnya.


Setelah semua memegang kopinya masing masing, sang dosen berkata, “Saya lihat Anda semua mengambil gelas-gelas terbaik bahkan gelas dan cangkir termahal serta meninggalkan gelas dan cangkir yang biasa dan murah. Normal bagi kalian, karena memang kalian hanya menginginkan yang terbaik untuk kalian dan keluarga kalian. Padahal yang kalian akan minum adalah kopi, bukan cangkir atau gelasnya. Tapi dengan sadar atau tidak kalian lebih memilih gelas atau cangkir yang lebih baik, bahkan tampak dari masing-masing kalian saling melihat cangkir teman-teman kalian.”

“Sekarang akan saya jelaskan, Hidup adalah kopi, dan pekerjaan, uang serta posisi dalam masyarakat adalah gelas. Mereka hanyalah alat untuk membawa dan mewadahi hidup, sementara hidup sendiri tidak berubah,” jelas sang dosen. “Terkadang dengan hanya berkonsentrasi pada cangkir atau gelas, kita gagal menikmati kopi di dalamnya.”

“Janganlah gelas atau cangkir mempengaruhi Anda… nikmati saja kopinya.”

Saturday, 26 October 2013

Makna Pintar dan Bodoh

Panasnya kemarau panjang benar2 membuat kulit perih,Andi memutuskan menepikan motornya untuk membeli segelas es degan untuk melepas dahaga.
" Es degan mas satu " katanya pada penjual es degan di pinggir jalan itu
" Iya boss..." sahutnya..

sambil mengantarkan es degan penjual itu berkata
"Dia adalah anak terbodoh yang aku kenal",sambil jarinya menunjuk seorang anak kecil yang sedang bermain tak jauh dari tempat itu.
"Masak iya,..??" sahut Andi
lalu penjual es degan itu memanggil anak itu sambil mengeluarkan uang pecahan Rp1000 kertas dan Rp500 koin,lalu menyuruh anak itu memilih

"Le kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini,yang Rp 1000 atau yang Rp 500,ayo pilih"
Anak itu melihat tangan penjual es itu yang ada uang Rp 1000 dan Rp 500,langsung saja dia mengambil uang koin yang Rp 500 lalu berlari ke toko di seberang jalan.
Penjual es itu lalu berkata kepada Andi.
"Nah benar kan bocah itu memang anak terbodoh yang saya temui,sudah berkali kali saya tes,dia selalu memilih uang koin Rp500 itu yang nilainya lebih kecil" katanya sambil tertawa...

Setelah es degan di minum habis Andi bersiap melanjutkan perjalanan.
Ketika dia berjalan ke tempat motornya di parkir,ternyata anak itu sedang bernmain dengan teman2nya.
Karena penasaran Andi menghampiri bocah itu dan bertanya.
" Le kenapa tadi waktu penjual es degan memberi uang Rp1000 dan Rp500 kamu pilih yang Rp500???.."
"Kenapa tak kamu ambil yang 1000 kan nilainya lebih besar 2 kali lipat.."
sambil tersenyum anak itu menjawab
 "Saya tidak akan dapat lagi Rp.500 setiap hari, karena penjual es itu selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang 1000. Kalau saya ambil yang Rp.1000, berarti permainannya selesai dan kapan lagi saya dapat uang jajan gratis setiap hari..." 

Banyak orang yang merasa lebih pintar dibandingkan orang lain, sehingga mereka sering menganggap remeh orang lain. Ukuran kepintaran seseorang hanya TUHAN yang mengetahuinya. Alangkah bijaksananya kita jika tidak menganggap diri sendiri lebih pintar dari orang lain. Di atas langit masih ada langit yang lain.

Friday, 25 October 2013

5 Menit lagi....

Suatu hari di sebuah taman, seorang wanita duduk di sebuah bangku di taman bermain. Di sebelahnya duduk seorang ibu yang sedang memandang seorang anak di taman bermain. "Itu anak saya di sana," katanya, sambil menunjuk seorang anak kecil dengan baju merah yang sedang ayunan.

"Dia anak tampan," kata ibu tersebut. "Kalau itu anak saya bermain di pasir dengan baju biru." Kemudian, melihat jam tangannya, dia memanggil anaknya. "Syamil, ayo kita pulang Nak?"

Syamil memohon, "Lima menit lagi, ya ibu?". "Hanya lima menit lagi ya!". Ibu itu mengangguk dan Syamil terus bermain pasir.

Menit-menit berlalu dan sang ibu berdiri dan memanggil lagi anaknya. "Waktunya untuk pulang sekarang?" Sekali lagi Syamil memohon, "Lima menit lagi, Bu. Hanya lima menit lagi..." Ibu itu tersenyum dan berkata, "baiklah"

"Anda sabar sekali sebagai seorang ibu ," kata wanita itu.
 

Sang ibu itu tersenyum dan kemudian berkata, "Kakak Syamil, Haikal, meninggal dalam kecelakaan tahun lalu saat dia mengendarai sepedanya di dekat sini, saya sendiri tidak pernah menghabiskan banyak waktu dengannya yang saya mampu. Seandainya ia masih hidup sekarang, saya akan memberikan apa saja untuknya meskipun hanya lima menit. Saya sudah bersumpah untuk tidak membuat kesalahan yang sama dengan Syamil. Biarkan dia berpikir memiliki tambahan waktu lima menit lebih banyak untuk bermain... karena sesungguhnya, sayalah yang mendapatkan lima menit lebih banyak untuk melihat dia bermain."

Mari kita meluangkan waktu yang berharga dengan orang-orang yang dekat, yang sayang kepada kita. Agar kita tidak menyesalinya ketika kesempatan kesempatan itu sudah tidak ada lagi...

Monday, 21 October 2013

Cilok

Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah.
Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan.
Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya.
Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.
Bersyukurlah pada keadaanmu sekarang ini,karena banyak yang lebih kurang daripada kita.. 
Sumber :  http://inspirasiperjuanganmu.blogspot.com

Saturday, 19 October 2013

Cerita Usaha Yang Di Pandang Sebelah Mata

   "Ada acara di Gedung Wilwatikta rud,awakmu  sing nyekel y",tanpa banyak pikir tak jawab " OK ",sms dari koordinatorq kubalas meluncur melayang layang bersama ribuan sms lainnya di udara menunggu BTS mengirim ke nomor tujuan.
   Pikirku sekalian nanti mampir ke tempatnya adikku,karena tempatnya dekat,lokasi Gedung Wilwatikta di Pandaan sedangkan rumah adikku di Ngoro Mojokerto,tempat yang dekat buatku.

   Hari berikutnya,semua kru sudah berangkat ke lokasi tempat sendratari dari 9 negara di adakan,sedangkan aku naik motor ke tempat lokasi.
   Ok.....di sini aku tidak bercerita tentang jalannya pengambilan gambar sendratari karna ya seperti itu pengambilan gambar,tapi tentang usaha kecil yang tak bisa di pandang remeh..
Malam sekitar jam 23.30 setelah taping hari pertama di pandaan,aku langsung meluncur ke tempat adikku,pikirku mumpung dekat lokasi jarang jarang berkunjung.
   Sesampainya di tempat adikku ternyata masih belum tidur,dia dan suaminya sibuk mempersiapkan dagangan buat besok pagi.
   " Gawe op mas??" tnyaku pada suami adikku
" Iki lo gawe tahu kresss.."
" Lha sosise wes gak dodol t??" tanyaku lagi soalnya awalnya jual sosis
" Yo tetep,iki gawe tambahan lumayan mas..." sambil mengiris tahu menjadi potongan dadu kecil kecil.
"lumayan batina iki tahu siji regane 5 atus,iso di iris dadi cilik cilik ngene dadi 16 biasane sewu tak kei 10,batine luweh teko paron mas,iku durung teko liyane,"
"iyo mas iki lumayan dodol usus goreng karo sate ati,batine y paron" adikku ririn ngomong pisan
"lha lak ngene iki sedino oleh duek piro mas,kabeh iki"
"yo gak mesti mas kadang oleh 4 atus 5 atus lak rame lak sepi y oleh 3 atus 250 mas,paling sedino jek gak mati 150 bersih mas,"jawabnya,wuih kalo gitu kalo jualan sebulan 20 hari saja bisa dapat 3 juta itu kalo sepi,lha kalo rame???adoh karo gajiku,isin aku.....
" tapi awal awale ya mbabat alas mas,golek tempat tempat sing rame wong tuku,sekolah sekolahan,biyen golek duek gedene 30 ewu sedino angele gak ilok,"adikku ini jualan "ider" dari sekolah ke sekolah
"gak isin dodolan ngene mas" tanyaku
"ya awal2le isin mas ketemu konco pabrikan biyen,saiki wes pedot urat isinku wong gak nyolong ae,wong niat golek sandang pangan"
"saiki alhmd lumayan lancar mas dungo sing temen karo usaha sing temen,niat sing temen,golek sandang pangan,cintai penggawean disek,pasrahne kabeh nang Gusti Alllah " jawabnya ketika kutanya tentang awalawal usahanya ketika memutuskan keluar dari perusahaan menjadi penjual sosis dan tahu kress keliling...usaha yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang tapi kedua mata akan terbelalak kalau melihat hasilnya.

  " Cintai pekerjaanmu,telateni pekerjaanmu,berusaha sekeras mungkin,jangan lupa doa" 

Ah ingin rasanya seperti mereka mereka.........semoga....